Mitra News Sukabumi - Warungkiara Sukabumi – Rusaknya saluran irigasi sekunder di Daerah Irigasi (DI) Warungkiara membuat ratusan hektare sawah di Desa Kertamukti, Kecamatan Warungkiara, Kabupaten Sukabumi, belum bisa ditanami.
Merespons kondisi ini, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI, Yudi Sastro, turun langsung ke lokasi dan menggelar diskusi bersama para petani.
Diskusi yang digelar di Kampung Cilulumpang RT 001/008, Desa Kertamukti, (13/5/2025) ini dihadiri oleh Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, UPTD, BPP, penyuluh pertanian Kecamatan Warungkiara, Babinsa, Kepala Desa Kertamukti, BPD, Gapoktan, serta puluhan petani.
Para petani menyampaikan keluhan terkait irigasi sekunder sepanjang 9 kilometer yang melewati Desa Ubrug, Bojongkerta, dan Kertamukti, saluran vital yang selama ini belum mendapatkan perbaikan optimal.
Akibat kerusakan irigasi tersebut, sekitar 500 hektare lahan pertanian di sepanjang irigasi tersebut belum bisa di tanami. Petani berharap normalisasi total bisa segera dilakukan.
Dirjen Yudi menyampaikan bahwa langkah cepat akan diambil menyusul arahan Presiden RI untuk mempercepat realisasi tanam demi mendukung swasembada pangan.
"Hari ini kita menjalankan amanah dari Pak Presiden. Beliau menekankan agar pola tanam-panen terus dilakukan untuk mencapai target produksi beras nasional tahun ini. Target kita adalah swasembada 2025 tanpa impor beras dan jagung," ujar Yudi kepada awak media (31/5/2025).
Ia menegaskan bahwa seluruh data dan permasalahan di lapangan telah dicatat dan akan dibawa ke pertemuan dengan Kementerian PUPR dan BBWS pada 2 Juni mendatang.
Irigasi Warungkiara termasuk dalam target rehabilitasi jaringan irigasi nasional seluas 2 juta hektare tahun ini.
Sementara itu, Kepala Desa Kertamukti, Dede Kusnadi, menyambut baik kunjungan Dirjen dan menyampaikan harapan besar masyarakat terhadap pembangunan kembali irigasi yang sudah puluhan tahun tak tersentuh perbaikan besar.
"Saya ucapkan terima kasih atas kehadiran Pak Dirjen. Irigasi di DI Warungkiara ini sangat vital. Sejak Kertamukti masih bersatu dengan Bojongkerta, kawasan ini dikenal sebagai lumbung padi. Tapi sekarang banyak lahan berubah fungsi karena air tidak tersedia," ujar Dede.
Menurutnya, sebagian besar sawah di Kertamukti kini menjadi tadah hujan dan terpaksa dialihfungsikan menjadi lahan umbi-umbian.
Ia yakin jika saluran irigasi sepanjang 9 kilometer dari Salamuncang ke Bor 17 direhabilitasi secara total, maka Kertamukti bisa kembali menjadi lumbung padi seperti dulu.
"Hampir 13 tahun, bahkan mungkin 25 tahun, tidak ada optimalisasi besar. Hanya perbaikan kecil-kecilan. Total luas lahan pertanian di Kertamukti sekitar 220 hektare. Kalau air tersedia, masyarakat bisa tanam tiga kali setahun," jelasnya.
Pemerintah Desa berharap pembangunan irigasi bisa segera direalisasikan demi mengembalikan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani setempat.*